Seorang ibu
mempersiapkan jiwa dan raganya agar indung telurnya dibuahi.
Selanjutnya indung telur yang berubah menjadi sel induk dipelihara
dalam rahim yang kokoh nan lembut untuk difasilitasi bagi perkembangan janin
dan dibawa kemanapun juga selama sembilan bulan sepuluh hari. Setelah sang bayi
lahir, diberinya sang anak makanan dari air susunya, diajarinya bicara dengan
penuh kesabaran, bahkan terus menerus dido'akannya sampai akhir hayat dirinya.
Demikianlah kasih seorang ibu.
Nama Dewi Kunti kecil bernama
Pritha, bersaudara dengan Basudewa dan Ugrasena, akan tetapi kemudian dijadikan
anak angkat oleh Prabu Kuntibhoja yang bijaksana. Dewi Kunti seorang putri
berbudi pekerti luhur, berbakti kepada kedua orang tuanya, serta penuh kasih
terhadap sesama. Pada suatu ketika, ada seorang pendeta bernama Resi Durwasa
mengunjungi Prabu Kuntibhoja. Resi itu baru saja mengakhiri tapa bratanya dan
datang ke istana untuk minta makan. Dewi Kunti menyediakan berbagai jenis
makanan yang lezat bagi tamunya tersebut. Sang Resi Durwasa tersentuh oleh
ketulusan sang puteri raja dan diberilah dia Mantra Aji Gineng, Aditya Hrdaya.
Mantra tersebut dapat dipergunakan untuk mendatangkan Dewa, mendatangkan
kekuatan Ilahi, semacam penemuan cara membuat bayi tabung saat ini. Anugerah
mantra yang diberikan kepada Dewi Kunti tersebut nantinya akan menyelamatkan
kelangsungan Dinasti Bharata.
Sebagai seorang remaja,
keingintahuan Dewi Kunti teramat besar. Dewi Kunti ingin tahu keampuhan mantra
yang dihadiahkan kepadanya. Dewi Kunti memperhatikan Sang Surya, dan dia paham
bahwa semua makhluk di bumi hanya hidup berkat adanya Sang Surya. Tanpa adanya
Sang Surya, semua makhluk di bumi ini akan punah. Dewi Kunti merapal mantra
pemberian Resi Durwasa dan mengakses kekuatan matahari, dan dia kaget dengan
hasilnya, ternyata rahimnya diberkahi seorang putra dari Sang Surya. Sebagai
seorang ibu dadakan, Dewi Kunti berada dalam dilema, memilih menjaga nama baik
kerajaan dan orang tuanya atau memelihara Sang Putra.
Atas petunjuk Hyang Widhi, bayi
tersebut bisa dilahirkan semacam bedah sesar masa kini tanpa bekas, dan
dikisahkan oleh para leluhur lahir melalui telinga. Dewi Kunti meletakkan
bayinya di dalam keranjang, dilarung, dibiarkan mengikuti arus Sungai Gangga.
Petunjuk selanjutnya didengarnya lewat hati nurani, ”Kau harus mempersiapkan
mental dan syaraf-syarafmu, kau akan mengalami penderitaan yang luar biasa
akibat tindakanmu. Akan tetapi kau tidak akan sendiri, kau akan ditemani
putra-putramu dalam menyelesaikan hutang piutang karma. Sebuah grup karma dalam
keluarga. Pakailah pikiran jernih! Bersama putra-putramu nanti kau akan dipandu
salah seorang keponakanmu, yang menjadi titisan Batara Wisnu, sejatinya dia
juga yang menjadi pikiran jernih dalam jiwamu……"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar